Senin, 12 Maret 2012

Askep Morbili pada Anak

A. KONSEP DASAR TEORI
1) Pengertian
Morbili adalah penyakit anak menular yang lazim biasanya ditandai dengan gejala –gejala utama ringan, ruam serupa dengan campak ringan atau demam scarlet, pembesaran serta nyeri limpa nadi ( Ilmu Kesehatan anak vol 2, Nelson, EGC, 2000 ).
Campak (Morbili) adalah penyakit virus akut, menular yang ditandai dengan 3 stadium, yaitu stadium prodormal ( kataral ), stadium erupsi dan stadium konvalisensi, yang dimanifestasikan dengan demam, konjungtivitis dan bercak koplik.Morbili adalah penyakit anak menular yang lazim biasanya ditandai dengan gejala-gejala utama ringan, ruam demam, scarlet, pembesaran serta nyeri limpa nadi. (http://idmgarut.wordpress.com/2009/01/29/campak-morbili/)

2) Etiologi dan faktor risiko
Virus RNA dari Famili Paramixoviridae, genus Morbillivirus. Virus ini sangat sensitif terhadap panas dan dingin, dapat diinaktifkan pada suhu 30°C - 20°C, sinar ultraviolet, eter, tripsin, dan betapropiolakton. Sedangkan formalin dapat memusnahkan daya infeksinya tetapi tidak mengganggu aktivitas komplement, penyakit ini disebarkan secara droplet melalui udara. Hanya satu tipe antigen yang diketahui yang strukturnya mirip dengan virus penyebab parotis epidemis dan parainfluensa. Virus tersebut ditemukan didalam sekresi nasofaring, darah dan air kemih ; paling tidak selama periode prodormal dan untuk waktu singkat setelah munculnya ruam kulit. Pada suhu ruangan virus tersebut tetap aktif selama 34 jam.

Faktor risiko :
 Daya tahan tubuh yang lemah
 Belum pernah terkena campak
 Belum pernah mendapat vaksinasi campak
 Campak paling sering terjadi pada anak yang belum diimunisasi dan remaja atau dewasa yang sudah diimunisasi (Nelson, 20002)
Sumber penularan:
 Sekesi saluran pernapasan orang yang terinfeksi
 Darah orang yang terinfeksi
 Urin orang yang terinfeksi

Cara penularan : droplet dan kontak langsung dengan penderita serta penggunaan peralatan makan dan minum bersama.

3) Anatomi fisiologi
SALURAN PERNAPASAN



Sistem pernafasan terdiri dari suatu rangkaian saluran udara luar agar bersentuhan dengan membran kapiler alveoli paru. Saluran penghantar udara hingga mencapai paru-paru adalah hidung, faring, laring, trakea, bronkus dan bronkiolus. Saluran pernafasan dari hidung sampai bronkiolus dilapisi oleh membran mukosa yang bersilia.
a. Hidung
Hidung terdiri atas bagian internal dan eksternal. Bagian eksternal menonjol dari wajah dan disanggah oleh tulang hidung dan kartilago. Nares anterior (lubang hidung) merupakan ostium sebelah luar dari rongga hidung kanan dan kiri oleh pembagi vertikal yang sempit yang disebut septum. Rongga hidung dilapisi dengan membran mukosa yang sangat banyak mengandung vaskular yang disebut mukosa hidung. Lendir disekresi secara terus menerus oleh sel-sel goblet yang melapisi permukaan mukosa hidung dan bergerak ke nasofaring oleh gerakan silia. Hidung berfungsi sebagai saluran untuk udara mengalir ke dan dari paru-paru. Ketika udara masuk ke rongga hidung, udara tersebut oleh bulu-bulu hidung disaring oleh selaput mukosa lendir, dihangatkan dan dilembabkan. Hidung bertanggung jawab terhadap olfaktori (penghidu) karena reseptor olfaksi terletak dalam mukosa hidung.
b. Faring/Tenggorokan
Faring/tenggorokan adalah suatu struktur tuba, yang menghubungkan hidung dan rongga mulut ke laring. Merupakan tempat persimpangan antara jalan pernafasan dan jalan makanan terdapat di bawah dasar tengkorak di belakang rongga hidung. Faring berhubungan ke atas dengan rongga hidung ke depan dengan rongga mulut. Faring terdiri dari nasofaring, orofaring dan laringofaring. Nasofaring terletak di posterior hidung dan di atas palatum mole. Pintu masuk laring dibentuk oleh epiglotis. Adenoid atau tonsil yang terletak dalam langit-langit nasofaring. Fungsi faring untuk menyediakan saluran traktus repiratorius terhadap serangan organisme yang memasuki tenggorokan.
c. Laring/organ suara
Adalah struktur epitel kartilago yang menghubungkan faring dan trakea. Fungsi utama laring adalah memungkinkan terjadinya vokalisasi, melindungi jalan nafas bagian bawah dari obstruksi benda asing, dan memudahkan batuk. Laring sering disebut sebagai kotak suara.
d. Trakea
Trakea atau batang tenggorok kira-kira 9 cm panjangnya. Trakea disokong oleh cincin tulang rawan yang berbentuk sepatu kuda, yang panjangnya kurang lebih 5 inci, serta dilapisi oleh selaput lendir yang terdiri atas epitelium bersilia, dengan gerakan silia maka debu yang masuk ke saluran pernafasan dapat dikeluarkan. Trakea ini berjalan dari laring sampai kira-kira ketinggian vertebra torakalis ke-5 dan di tempat ini bercabang menjadi dua bronkus. Tempat dimana trakea bercabang menjadi bronkus utama kiri dan kanan disebut karina.
e. Bronkus dan bronkiolus
Bronkus terbentuk dari belahan dua trakea. Bronkus kanan lebih pendek dari bronkus kiri dan lebih besar daripada yang kiri. Pada bronkiolus (bronkus yang bercabang lebih kecil) tidak terdapat cincin dan pada ujung bronkiolus terdapat gelembung paru atau alveoli. Cabang utama bronkus kanan dan kiri bercabang lagi bronkus lobarus dan bronkus segmentalis. Percabangan ini berjalan terus menjadi bronkus yang ukurannya semakin kecil, yang menjadi bronkiolus terminalis yaitu saluran udara terkecil yang tidak mengandung alveoli (kantung udara). Bronkiolus terminalis disebut saluran penghantar udara ke tempat pertukaran gas paru-paru. Setelah bronkus alveoli terdapat asinus yang merupakan unit fungsional paru-paru yaitu tempat pertukaran gas. Asinus terdiri dari : (1) Bronkiolus respiratorius yang terkadang memiliki kandung udara, kecil atau alveoli pada dindingnya, (2) Duktus alveolaris seluruhnya dibatasi oleh alveolus, (3) Sakus alveolaris terminalis merupakan struktur akhir paru-paru.
f. Alveoli
Paru-paru ada 2 dan merupakan alat pernafasan utama. Paru-paru mempunyai permukaan luar yang menyentuh iga (pleura viseral) dan permukaan yang menyentuh paru-paru (pleura parietal) antara kedua pleura terdapat ruangan yang mengandung cairan berfungsi melicinkan permukaan dan memungkinkan keduanya bergeser dengan bebas selama ventilasi. Mediastinum adalah dinding yang membagi rongga thoraks menjadi dua bagian. Paru kanan dibagi menjadi 3 lobus yaitu lobus atas, tengah dan bawah, dan paru kiri menjadi 2 lobus yaitu atas dan bawah.
Paru terbentuk oleh sekitar 300 juga alveoli dan berfungsi sebagai tempat pertukaran O2 dan CO2. Alveoli terdapat 3 jenis sel-sel alveolar tipe 1 adalah sel epitel yang membentuk dinding alveolar. Tipe 2 sel-sel yang aktif secara metabolik mensekresi surfaktan suatu fosfolipid yang melapisi permukaan dalam dan mencegah alveolar agar tidak kolaps.
Tipe 3 makrofag yang merupakan sel-sel fagositosis yang besar yang memakan benda asing (lendir, bakteri) dan bekerja sebagai mekanisme pertahanan yang penting.
Paru-paru mempunyai dua sumber suplai darah yaitu arteri bronkialis yang berasal dari aorta thorakalis berjalan sepanjang dinding posterior bronkiolus dan arteri pulmonalis dari ventrikel kanan ke paru-paru.
Tiga proses yang berhubungan dengan pernafasan :
1) Ventilasi: adalah udara bergerak masuk dan keluar paru-paru. Karena ada selisih antara atmosfer dan alveolus akibat kerja mekanik dari otot-otot.
2) Difusi : adalah proses dimana terjadi pertukaran O2 dan CO2 pada tempat pertemuan udara dan darah. Membran alveolar kapiler merupakan tempat yang ideal untuk difusi karena membran ini mempunyai permukaan yang luas dan tipis.
3) Perfusi : pengisian kapiler pulmonar dengan darah, perfusi pulmonal adalah aliran darah aktual melalui sirkulasi pulmonal. Darah dipompakan ke paru-paru oleh ventrikel kanan melalui arteri pulmonal. Arteri pulmonal terbagi menjadi cabang kanan dan kiri untuk mensuplai kedua paru normalnya sekitar 2%.
Mekanisme ventilasi perfusi adalah pemindahan gas secara efektif antara alveolus dan kapiler paru-paru membutuhkan distribusi merata dari udara dalam paru-paru dan perfusi (aliran darah) dalam kapiler. Mekanisme ventilasi disebut dengan istilah volume paru dan kapasitas paru. Volume paru dibagi menjadi volume tidal (500 ml), volume cadangan inspirasi (3000 ml), volume cadangan ekspirasi (1100 ml) dan volume residu (1200 ml) dan ruang rugi pernafasan dimana tidak terjadi pertukaran gas 150 ml.

ANATOMI KULIT :

http://www.google.co.id/imglanding?q=anatomi+kulit&hl=id&client=firefox-a&sa=G&rls=org.mozilla:id:official&biw=1440&bih=712&gbv=2&tbs=isch:1&tbnid=0K48hs2TB54nJM:&imgrefurl=http://dokterrosfanty.blogspot.com/2009/08/anatomi-dan-fisiologi-kulit.
Kulit menutupi dan melindungi permukaan tubuh. Merupakan salah satu organ yang terbesar dari tubuh. Kulit membentuk 15% dari berat badan keseluruhan. Kulit terbagi dua lapisan; yaitu lapisan epidermis dan lapisan dermis.
Kulit adalah organ tubuh terluas yang menutupi otot dan mempunyai fungsi sebagai pelindung tubuh dan berbagai trauma ataupun masuknya bakteri, kulit juga mempunyai fungsi utama reseptor yaitu untuk mengindera suhu, perasaan nyeri, sentuhan ringan dan tekanan, pada bagian stratum korneum mempunyai kemampuan menyerap air sehingga dengan demikian mencegah kehilangan air serta elektrolit yang berlebihan dan mempertahankan kelembaban dalam jaringan subkutan.
Tubuh secara terus menerus akan menghasilkan panas sebagai hasil metabolisme makanan yang memproduksi energi, panas ini akan hilang melalui kulit, selain itu kulit yang terpapar sinar ultraviolet dapat mengubah substansi yang diperlukan untuk mensintesis vitamin D.
Kulit tersusun atas 3 lapisan utama yaitu epidermis, dermis dan jaringan subkutan.
 Lapisan epidermis, terdiri atas:
- Stratum korneum, selnya sudah mati, tidak mempunyai inti sel, inti selnya sudah mati dan mengandung keratin, suatu protein fibrosa tidak larut yang membentuk barier terluar kulit dan mempunyai kapasitas untuk mengusir patogen dan mencegah kehilangan cairan berlebihan dari tubuh.
- Stratum lusidum. Selnya pipih, lapisan ini hanya terdapat pada telapak tangan dan telapak kaki.
- Stratum granulosum, stratum ini terdiri dari sel-sel pipi seperti kumparan, sel-sel tersebut terdapat hanya 2-3 lapis yang sejajar dengan permukaan kulit.
- Stratum spinosum/stratum akantosum. Lapisan ini merupakan lapisan yang paling tebal dan terdiri dari 5-8 lapisan. Sel-selnya terdiri dari sel yang bentuknya poligonal (banyak sudut dan mempunyai tanduk).
- Stratum basal/germinatum. Disebut stratum basal karena sel-selnya terletak di bagian basal/basis, stratum basal menggantikan sel-sel yang di atasnya dan merupakan sel-sel induk.

 Lapisan dermis terbagi menjadi dua yaitu:
- Bagian atas, pars papilaris (stratum papilaris)
Lapisan ini berada langsung di bawah epidermis dan tersusun dari sel-sel fibroblas yang menghasilkan salah satu bentuk kolagen.
- Bagian bawah, pars retikularis (stratum retikularis).
Lapisan ini terletak di bawah lapisan papilaris dan juga memproduksi kolagen.
Dermis juga tersusun dari pembuluh darah serta limfe, serabut saraf, kelenjar keringat serta sebasea dan akar rambut.

 Lapisan endodermis
Merupakan lapisan kulit yang terdalam. Lapisan ini terutamanya adalah jaringan adipose yang memberikan bantalan antara lapisan kulit dan struktur internal seperti otot dan tu lang. Jaringan subkutan dan jumlah deposit lemak merupakan faktor penting dalam pengaturan suhu tubuh.

Kelenjar Pada Kulit
Kelenjar keringat ditemukan pada kulit pada sebagian besar permukaan tubuh. Kelenjar ini terutama terdapat pada telapak tangan dan kaki. Kelenjar keringat diklasifikasikan menjadi 2, yaitu kelenjar ekrin dan apokrin. Kelenjar ekrin ditemukan pada semua daerah kulit. Kelenjar apokrin berukuran lebih besar dan kelenjar ini terdapat aksila, anus, skrotum dan labia mayora.
Fungsi kulit:
1. Sebagai pelindung tubuh.
Kulit melindungi stuktur internal dari tubuh terhadap trauma dan terhadap invasi oleh mikro organisme yang membahayakan. Sebagian besar organisme mengalami kesulitan berpenetrasi pada kulit yang utuh tetapi dapat masuk melalui kulit yang terpotong atau mengalami abrasi (lecet). Selain itu pula sebagai alat pelindung diberikan oleh lapisan zat tanduk tambahan pula perlindungan diberikan oleh keasaman dari keringat dan terdapat asam lemak pada sebum, yang dapat menghabat pertumbuhan mikro-organisma, dan oleh aksi dari mikro-organisme yang membahayakan dari mikro-organisma , yang kurang membahayakan secara normal terdapat pada permukaan kulit.

2. Sebagai alat peraba
Merasakan sentuhan , rasa nyeri , perubahan suhu dan tekanan kulit dan jaringan sub cutan, dan ditransmisikan malalui saraf sensoris kemedula spinalis dan otak.
3. sebagai alat pengatur panas
Pengaturan suhu diatur oleh sisitim saraf dan sistim endoktrin. Pemananasan dan pendinginan kulit menstimulasi ujung syaraf yang sensitif terhadap suhu dengan menghasilkan respon tergantung tempat - menggigil untuk kedinginan , berkeringan untuk kepanasan
4. Sebagai alat penyimpan
Kulit bereaksi sebagai alat penampung air dan lemak . yang dapat melepaskan bilamana diperlukan

5. Sebagai alat absorbsi
Kulit dapat mengabsorbsi Sinar ultraviolet, yang bereaksi perkuson vitamin D Obat –obat tertentu yang digunakan sebagai salep dan sebagainya.

4) Patofisiologi
Penularannya sangat efektif, dengan sedikit virus yang infeksius sudah dapat menimbulkan infeksi pada seseorang. Penularan campak terjadi melalui droplet melalui udara, terjadi antara 1-2 hari sebelum timbul gejala klinis sampai 4 hari setelah timbul ruam. Di tempat awal infeksi, penggadaan virus sangat minimal dan jarang dapat ditemukan virusnya. Virus masuk kedalam limfatik lokal, bebas maupun berhubungan dengan sel mononuklear mencapai kelenjar getah bening lokal. Di tempat ini virus memperbanyak diri dengan sangat perlahan dan dari tempat ini mulailah penyebaran ke sel jaringan limforetikular seperti limpa. Sel mononuklear yang terinfeksi menyebabkan terbentuknya sel raksasa berinti banyak dari Whartin, sedangkan limfosit T meliputi klas penekanan dan penolong yang rentan terhadap infeksi, aktif membelah. Gambaran kejadian awal di jaringan limfoid masih belum diketahui secara lengkap, tetapi 5-6 hari setelah infeksi awal, fokus infeksi terwujud yaitu ketika virus masuk kedalam pembuluh darah dan menyebar ke permukaan epitel orofaring, konjungtiva, saluran napas, kulit, kandung kemih, usus.
Pada hari ke 9-10 fokus infeksi yang berada di epitel aluran nafas dan konjungtiva, satu sampai dua lapisan mengalami nekrosis. Pada saat itu virus dalam jumlah banyak masuk kembali ke pembuluh darah dan menimbulkan manifestasi klinik dari sistem saluran napas diawali dengan keluhan batuk pilek disertai selaput konjungtiva yang tampak merah. Respon imun yang terjadi adalah proses peradangan epitel pada sistem saluran pernapasan diikuti dengan manifestasi klinis berupa demam tinggi, anak tampak sakit berat dan ruam yang menyebar ke seluruh tubuh, tampa suatu ulsera kecil pada mukosa pipi yang disebut bercak koplik, merupakan tanda asti untuk menegakkan diagnosis.
Akhirnya muncul ruam makulopapular pada hari ke-14 sesudah awal infeksi dan pada saat itu antibody humoral dapat dideteksi. Selanjutnya daya tahan tubuh menurun, sebagai akibat respon delayed hypersensitivity terhadap antigen virus terjadilah ruam pada kulit, kejadian ini tidak tampak pada kasus yang mengalami defisit sel-T. Fokus infeksi tidak menyebar jauh ke pembuluh darah. Vesikel tampak secara mikroskopik di epidermis tetapi virus tidak berhasil tumbuh di kulit. Penelitian dengan imunofluoresens dan histologik menunjukkan bahwa antigen campak dan gambaran histologik di kulit diduga suatu reaksi Arthus. Daerah epitel yang nekrotik di nasofaring dan saluran pernapasan memberikan kesempatan serangan infeksi bakteri sekunder berupa bronkopneumonia, otitis media dan lain-lain. Dalam keadaan tertentu adenovirus dan herpes virus pneumonia dapat terjadi pada kasus campak, selain itu campak dapat menyebabkan gizi kurang.




5) Manifestasi klinik
a) Stadium inkubasi
Masa inkubasi sekitar 10-12 hari jika gejala-gejala prodromal pertama dipilih sebagai waktu mulai, atau sekitar 14 hari jika munculnya ruam yang dipilih, jarang masa inkubasi dapat sependek 6-10 hari. Kenaikan ringan pada suhu dapat terjadi 9-10 hari dari hari infeksi dan kemudian menurun selama sekitar 24 jam.
b) Stadium kataral (prodormal)
Biasanya stadium ini berlangsung selama 4- 5 hari disertai panas (38,5 ÂșC), malaise, batuk, nasofaringitis, fotofobia, konjungtivitis dan koriza. Menjelang akhir stadium kataral dan 24 jam sebelum timbul enantema, timbul bercak koplik yang patognomonik bagi morbili, tetapi sangat jarang dijumpai. Bercak koplik berwarna putih kelabu, sebesar ujung jarum dan dikelilingi oleh eritema. Lokalisasinya di mukosa bukalis berhadapan dengan molar bawah. Jarang ditemukan di bibir bawah tengah atau palatum. Bercak ini timbul dan menghilang dengan cepat, biasanya dalam 12-18 jam. Ketika mereka menghilang, bintik-bintik perubahan warna merah mukosa mungkin tetap. Kadang-kadang terdapat makula halus yang kemudian menghilang sebelum stadium erupsi. Gambaran darah tepi ialah limfositosis dan leukopenia. Secara klinis, gambaran penyakit menyerupai influenza dan sering didiagnosis sebagai influenza. Diagnosis perkiraan yang besar dapat dibuat bila ada bercak koplik dan penderita pernah kontak dengan penderita morbili dalam waktu 2 minggu terakhir.
c) Stadium erupsi
Koriza dan batuk-batuk bertambah. Timbul enantema atau titik merah di palatum durum dan palatum mole. Kadang-kadang terlihat pula bercak koplik. Terjadinya eritema yang berbentuk makula-papula disertai menaiknya suhu badan. Diantara makula terdapat kulit yang normal. Mula-mula eritema timbul dibelakang telinga, di bagian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan bagian belakang bawah. Kadang-kadang terdapat perdarahan ringan pada kulit. Rasa gatal, muka bengkak. Ruam mencapai anggota bawah pada hari ketiga dan akan menghilang dengan urutan seperti terjadinya. Terdapat pembesaran kelenjar getah bening di sudut mandibula dan di daerah leher belakang. Terdapat pula sedikit splenomegali. Tidak jarang disertai diare dan muntah. Variasi dari morbili yang biasa ini adalah “black measles”, yaitu morbili yang disertai perdarahan pada kulit, mulut, hidung dan traktus digestivus.

d) Stadium konvalesensi
Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua (hiperpigmentasi) yang lama-kelamaan akan hilang sendiri. Selain hiperpigmentasi pada anak Indonesia sering ditemukan pula kulit yang bersisik. Hiperpigmentasi ini merupakan gejala patognomonik untuk morbili. Pada penyakit-penyakit lain dengan eritema dan eksantema ruam kulit menghilang tanpa hiperpigmentasi. Suhu menurun sampai menjadi normal kecuali bila ada komplikasi.

Panas
Panas dapat meningkat hingga hari ke-5 sampai hari ke-6 yaitu pada saat puncak timbulnya erupsi. Kadang-kadang temperature dapat bifasis dengan peningkatan awal yang cepat dalam 24-48 jam pertama diikuti periode normal selama 1 hari dan selanjutnya terjadi peningkatan yang cepat sampai 39°C-40,6°C pada saat erupsi rash mencapai puncaknya.
Pada morbili yang tidak mengalami komplikasi, temperatur turun secara lisis diantara hari 2-3, sehingga timbulnya exantema.
Bila tidak disertai komplikasi, maka 2 hari setelah timbul rash yang lengkap, panas biasanya turun. Bila panas menetap, maka kemungkinan penderita mengalami komplikasi.
Coryza
Tidak dapat dibedakan dari common cold. Batuk dan bersin diikuti dengan hidung tersumbat dan sekret yang mukopurulen dan menjadi profus pada saat erupsi mencapai puncaknya serta menghilang bersamaan dengan hilangnya panas.
Konjungtivitis
Pada periode awal stadium prodromal dapat ditemukan transverse marginal line injection pada palpebra inferior. Gambaran ini sering dikaburkan dengan adanya inflamasi konjungtiva yang luas dengan disertai edema palpebra. Keadaan ini dapat disertai dengan peningkatan lakrimasi dan fotofobia. Konjuntivitis akan menghilang setelah demam turun.
Batuk
Batuk disebabkan oleh reaksi inflamasi mukosa saluran pernafasan. Intensitas batuk meningkat dan mencapai puncaknya pada saat erupsi. Namun demikian batukk dapat bertahan lebih lama dan menghilang secara bertahap dalam waktu 5-10 hari. Menurut Rudolf juga dikatakan bahwa dengan turunnya temperature tiba-tiba setelah ruam menutupi seluruh tubuh batuk tetap ada selama 7 sampai 10 hari lagi.
Koplik’s spot
Merupakan gambaran bercak-bercak kecil yang irregular sebesar ujung jarum/pasir yang berwarna merah terang dan pada bagian tengahnya berwarna putih kelabu. Gambaran ini merupakan salah satu tanda patognomonik morbili(1,2,3,5). Pada hari pertama timbulnya rash sudah dapat ditemukan adanya Koplik’s spot dan menghilang pada hari ke-3 timbulnya rash.
Rash
Timbul setelah 3-4 hari panas. Rash mulai sebagai eritema makulopapuler, mulai timbul dari belakang telinga pada batas rambut, kemudian menyebar kedaerah pipi, leher, seluruh wajah dan dada serta biasanya dalam waktu 24 jam sudah menyebar sampai ke lengan atas dan selanjutnya ke seluruh tubuh, mencapai kaki pada hari ke-3. pada saat rash sudah sampai kekaki, maka rash yang timbul lebih dulu mulai berangsur-angsur menghilang(2). Selanjutnya rash akan mengalami hiperpigmentasi dan mengelupas(5)
Tidak semua kasus manifestasinya sama dan jelas. Sebagai contoh, pasien yang mengalami gizi kurang ruamnya dapat berdarah dan mengelupas atau pasien sudah meninggal sebelum ruamnya timbul. Kasus dengan gizi kurang dapat mengidap diare yang berkepanjangan(5).

6) Test diagnostik
a) Laboratorium : sel darah putih cenderung turun
b) Dalam sputum, sekresi nasal, sedimen urin dapat ditemukan adanya multinucleated giant cells yang khas.
c) Pada pemeriksaan serologis dengan cara hemagglutination inhibition test dan complemen fixation test akan ditemukan adanya antibodi Ig M yang spesifik dalam 1-3 hari setelah timbulnya rash dan mencapai puncaknya pada 2-4 minggu kemudian.
d) Punksi lumbal pada penderita dengan encephalitis campak biasanya menunjukkan kenaikan protein dan sedikit kenaikan limfosit.
e) Kadar glukosa normal
f) Pada pemerisaan darah tepi hanya ditemukan adanya leukopenia.

7) Penatalaksanaan medis
Pasien campak tanpa penyulit dapat berobat jalan. Anak harus diberikan cukup cairan dan kalori, sedangkan pengobatan bersifat simptomatik, dengan pemberian antipiretik, antitusif, ekspektoran, dan antikonvulsan bila diperlukan2,5. Sedangkan pada campak dengan penyulit, pasien harus dirawat inap. Di rumah sakit pasien campak dirawat di bangsal isolasi sistem pernafasan, diperlukan perbaikan keadaan umum dengan memperbaiki kebutuhan cairan, diet yang memadai.
• Vitamin A 100.000 IU per oral satu kali pemberian, apabila terdapat malnutrisi dilanjutkan 1500 IU tiap hari.
• Apabila tedapat penyulit maka dilakukan pengobatan untuk mengatasi penyulit yang timbul, yaitu:
Bronkopneumonia, diberikan antibiotic ampisilin 100 mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis IV dikombinasikan dengan chloramfenicol 75 mg/kgBB/hari IV dalam 4 dosis, sampai gejala sesak berkurang dan pasien dapat minum obat peroral. Antibiotik diberikan sampai 3 hari demam reda. Apabila dicurigai infeksi spesifik, maka uji tuberculin dilakukan setelah anak sehat kembali (3-4 minggu kemudian) oleh karena uji tuberculin biasanya negatif (anergi) pada saat anak menderita campak. Gangguan reaksi delayed hipersensitifity disebabkan oleh sel Limfosit-T yang terganggu fungsinya.
• Enteritis, pada keadaan berat anak mudah jatuh dalam dehidrasi. Pemberian cairan IV dapat dipertimbangkan apabila terdapat enteritis dengan dehidrasi.
• Otitis media, seringkali disebabkan oleh karena infeksi sekunder, maka perlu mendapat antibiotik Kotrimoxazol-Sulfametoksazol (TMP 4 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis).
• Ensefalopati, perlu direduksi pemberian cairan ¾ kebutuhan untuk mengurangi edema otak disamping pemberian kortikosteroid. Perlu dilakukan koreksi elektrolit dan gangguan gas darah.
• Dosis kortikosteroid(2)
Hidrokortison 100-200 mg/hari selama 3-4 hari
Prednisone 2 mg/kgBB/hari untuk jangka waktu 1 minggu
• Indikasi masuk Rumah Sakit (2), bila:
 Morbili yang disertai komplikasi berat
 Morbili dengan kemungkinan terjadinya komplikasi, yaitu bila ditemukan:
• Bercak/exanthem merah kehitaman yang menimbulkan desquamasi dengan squama yang lebar dan tebal.
• Suara parau, terutama disertai tanda penyumbatan seperti laryngitis dan pneumonia.
• Dehidrasi berat
• kejang dengan kesadaran menurun
• PEM berat
8) Komplikasi
a) Laringitis akut
Laryngitis timbul karena adanya edema hebat pada mukosa saluran nafas, bertambah parah pada saat demam mencapai puncaknya, ditandai dengan distres pernafasan, sesak, sianosis dan stridor. Ketika demam menurun, keadaan akan membaik dan gejala akan menghilang.
b) Bronkopneumoni
Dapat disebabkan oleh virus campak maupun oleh invasi bakteri, ditandai dengan batuk, meningkatnya frekwensi nafas, dan adanya ronki basah halus. Pada saat suhu menurun, gejala pneumoni karena virus akan menghilang, kecuali batuk yang terus sampai beberapa hari lagi. Apabila suhu tidak juga turun pada saat yang diharapkan, dan gejala saluran nafas masih terus berlangsung, dapat diduga adanya pneumonia karena bakteri yang telah mengadakan invasi pada sel epitel yang telah dirusak oleh virus. Gambaran infiltrat pada foto toraks dan adanya lekositosis dapat mempertegas diagnosis. Di negara sedang berkembang malnutrisi masih menjadi masalah, penyulit pneumoni kerap terjadi dan menjadi fatal bila tidak diberi antibiotic.
c) Kejang demam
Kejang dapat timbul pada periode demam, umumnya pada puncak demam saat ruam keluar. Kejang dalam hal ini diklasifikasikan sebagai kejang demam.
d) Ensefalitis
Ensefalitis adalah penyulit neurologik yang paling sering terjadi, biasanya terjadi pada hari ke 4-7 setelah timbulnya ruam. Kejadian ensefalitis sekitar 1 dalam 1000 kasus campak, dengan mortalitas berkisar antara 30-40%. Terjadinya ensefalitis dapat melalui mekanisme imunologik maupun melalui invasi langsung virus campak kedalam otak. Gejala ensefalitis berupa kejang, letargi, koma dan iritabel. Keluhan nyeri kepala, frekwensi nafas meningkat, twitching, disorientasi juga dapat ditemukan. Pemeriksaan LCS menunjukkan pleositosis ringan, dengan predominan sel mononuclear, peningkatan protein ringan, sedang kadar glukosa normal
e) SSPE (Subacute Sclerosing Panenencephalitis)
Merupakan kelainan degeneratif susunan saraf pusat yang jarang disebabkan oleh infeksi virus campak yang persisten. Kemungkinan untuk menderita SSPE pada anak yang sebelumnya pernah menderita campak adalah 0,6-2,2 per 100.000 infeksi campak. Risiko lebih besar pada umur yang lebih muda, masa inkubasi timbulnya SSPE rata-rata 7 tahun. Gejala SSPE didahului dengan gangguan tingkah laku dan intelektual yang progresif, diikuti oleh inkoordinasi motorik, kejang umumnya bersifat mioklonik. Laboratorium menunjukkan peningkatan globulin dalam LCS, antibody terhadap campak dalam serum (CF dan HAI) meningkat(1:1280). Tidak ada terapi untuk SSPE. Rata-rata jangka waktu timbulnya gejala sampai meninggal antar 6-9 bulan.
f) Otitis media
Invasi virus kedalam telinga tengah umumnya terjadi pada campak. Gendang telinga biasanya hiperemi pada fase prodromal dan stadium erupsi. Jika terjadi invasi bakteri pada lapisan sel mukosa yang rusak karena invasi virus, terjadi otitis media purulenta.
g) Enteritis
Beberapa anak yang menderita campak menhgalami muntah dan mencret pada fase prodromal. Keadan ini akibat invasi virus kedalam sel mukosa usus.
h) Konjungtivitis
Pada hampir semua kasus campak terjadi konjungtivitis, yang ditandai dengan adanya mata merah, pembengkakan kelopak mata, lakrimasi dan fotofobia. Kadang-kadang terjadi infeksi sekunder oleh bakteri. Virus campak atau antigennya dapat dideteksi pada lesi konjungtiva pada hari-hari pertama sakit,. Konjungtiva dapat memburuk dengan terjadinya hipopion dan pan-oftalmitis dan menyebabkan kebutaan.
i) Sistem kardiovaskular
Pada ECG dapat ditemukan kelainan berupa perubahan pada gelombang T, kontraksi prematur aurikel dan perpanjangan interval A-V. perubahan tersebut bersifat sementara dan tidak atau hanya sedikit mempunyai arti klinis.
9) Patoflowdiagram
Terlampir

10) Pencegahan
Pada tahun 1963, telah dibuat 2 jenis vaksin campak(1), yaitu:
1. vaksin yang berasal dari virus campak yang hidup dan dilemahkan(Tipe Edmonston B)
2. vaksin yang berasal dari virus campak yang dimatikan (virus campak yang berada
dalam larutan fomalin yang dicampur dengan garam alumunium).
Morbili dapat dicegah dengan pemberian imunisasi. Imunisasi yang diberikan dapat berupa pasif dan aktif.


 Imunisasi aktif
Vaksin yang diberikan adalah “Live attenuated measles vaccine”. Mula-mula diberikan strain Edmonston B, tetapi strain ini dapat menimbulkan panas tinggi dan eksantem pada hari ke-7 sampai ke-10 post vaksinasi, sehingga strain vaksin ini sering diberikan bersama-sama dengan Gamma-globulin di lengan lain.
Sekarang digunakan strain Schwarz dan moranten dan tidak diberikan bersama dengan gamma globulin. Vaksin ini diberikan secara subkutan dan dapat menimbulkan kekebalan yang berlangsung lama.
Di Indonesia diberikan vaksin buatan perum Biofarma yang terdiri dari virus morbili hidup yang sudah dilemahkan yaitu strain Schwarz. Tiap dosis yang sudah dilarutkan mengandung virus morbili tidak kurang dari 1000 TCID50 dan Neomisin B Sulfat tidak lebih dari 50 mikrogram.Diberikan secara subkutan sebanyak 0,5 cc pada umur 9 bulan. Pada anak dibawah 9 bulan umumnya tidak dapat memberikan kekebalan yang baik, karena gangguan dari antibody yang dibawa sejak lahir.
Pemberian imunisasi ini akan menyebabkan anergi terhadap tuberculin selama 2 bulan setelah vaksinasi. Bila anak telah mendapat immunoglobulin atau tranfusi darah sebelumnya, maka vaksinasi ini harus ditangguhkan sekurang-kurangnya 3 bulan.
Vaksinasi ini tidak boleh dilakukan bila: menderita infeksi saluran pernafasan akut atau infeksi akut lainnya yang disertai dengan demam lebih dari 38°C; riwayat kejang demam; defisiensi imunologik; sedang mendapat pengobatan kortikosteroid dan imunosupresan.
Efek samping yang dapat terjadi: hiperpireksia (5-15%); gejala ISPA (10-20%); morbiliform rash (3-15%); kejang demam (0,2%); ensefalitis (1 diantara 1,6 juta anak); demam (13,95%)



 Imunisasi pasif
Imunisasi pasif dengan kumpulan serum orang dewasa, kumpulan serum konvalesen, globulin plasenta, atau gamma globulin kumpulan plasma adalah efektif untuk pencegahan dan pelemahan campak. Campak dapat dicegah dengan menggunakan immunoglobulin serum (gamma globulin) dengan dosis 0,25 mL/kg secara IM dalam 5 hari sesudah pemajanan tetapi lebih baik sesegera mungkin. Proteksi sempurna terindikasi untuk bayi, untuk anak dengan sakit kronis, dan untuk kontak dengan bangsal di RS dan lembaga-lembaga anak. Pelemahan mungkin disempurnakan dengan menggunakan gamma globulin dengan dosis 0,05mL/kg. Ensefalitis dapat menyertai campak yang dimodifikasi dengan gamma globulin. Oleh karena itu, Tidak banyak dianjurkan karena resiko terjadinya ensefalitis dan aktivasi tuberculosis.

B. KONSEP TEORI TUMBUH KEMBANG
I. Tahap perkembangan anak
a. Fisik/biologis
Perlembangan fisik, dipandang penting untuk dipelajari, karena baik secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi perilaku anak sehari-hari. Secara langsung, perkembangan fisik seorang anak akan menentukan keterampilan anak dalam bergerak. Sedangkan secara tidak langsung, pertumbuhan dan perkembangan fisik akan mempengaruhi seorang anak dalam memandang dirinya sendiri dan orang lain.
Perubahan fisik yang terjadi pada anak usia sekolah antara lain :
• Tinggi Badan
Kenaikan tinggi badan pertahun adalah 5 cm – 10 cm. rata – rata anak perempuan 11 tahun, mempunyai tinggi badan 145 cm dan anak – anak laki – laki 144 cm.
• Berat Badan
Kenaikan BB lebih bervariasi dari pada kenaikan TB, berkisar antara 1,5 kg – 2,5 kg pertahun. Rata – rata anak perempuan 11 tahun mempunyai BB 44,3 kg dan anak laki – laki 42,7 kg.
• Proporsi Tubuh
Pertunbuhan tidak hanya berarti penambahan ukuran tubuh seseorang tetapi juga proporsi tubuh yang serasi. Meskipun tidak seluruh bagian tubuh dapat mencapai proporsi kematangan dalam waktu bersamaan, namun hal tersebut akan tampak serempak berubah pada saat masa pubertas. Proporsi tubuh dapat digolongkan menjadi tiga yaitu :
o Endomorf
Dimana anak cenderung lebih gemuk dan berat
o Mesomorf
Bentuk tubuh cenderung menjadi kekar, berat dan segitiga
o Ektomorf
Bentuk tubuh cenderung kurus dan bertulang panjang.
• Perbandingan otot dan tulang
Selama masa usia sekolah, jaringan lemak mulai berkembang lebih cepat dari pada jaringan otot yang perkembangannya baru mulai meningkat pada awal pubertas. Anak yang proporsi tubuh endomorf, memiliki jaringan lemak lebih banyak dari pada jaringan ototnya, sedangkan pada tubuh mesomorf, keadaannya terbalik. Pada proporsi tubuh ektomorf, tidak terdapat jaringan yang melebihi jaringan lain, sehingga cenderung tampak kurus.
• Gigi
Pada permulaan pubertas, umumnya seorang anak sudah mempunyai 22 gigi tetap. Ke 4 gigi terakhir yang disebut gigi bijaksana akan tumbuh selama masa remaja.
b. Perkembangan Motorik
Keterampilan pada masa usia sekolah dapat dibagi kedalam 4 kategori, yaitu :
• Keterampilan menolong diri sendiri
Mis. Mandi, berpakaian, makan.
• Keterampilan menolong orang lain
Keterampilan ini berhubungan dengan kemampuannya dalam menolong orang lain. Mis. Di rumah mencakup : Membersihkan tempat tidur, debu, dan menyapu. Di sekolah mencakup : membersihkan papan tulis, mengosongkan tempat sampah.
• Keterampilan sekolah
Disekolah anak mengembangkan berbagai keterampilan yang diperlukan untuk menulis, menggambar, mewarnai, menjahit,dll.
• Keterampilan bermain
Anak yang lebih besar belajar berbagai keterampilan, seperti : melempar dan menangkap bola, naik sepeda dan berenang.
c. Perkembangan Bahasa
Bahasa merupakan sarana penting memperoleh tempat dalam kelompok. Selama masa usia sekolah kemampuan berbicara anak dapat diperoleh melalui 4 sumber yaitu:
• Orang tua
Mengajarkan anak-anak untuk berbicara dalam tata bahasa yang baik serta mendorong berperan aktif dalam pembicaraan keluarga yang sifatnya umum.
• Radio dan TV
Dapat meningkatkan kemampuan anak untuk mengerti apa yang dikatakan oeh orang lain.
• Kosa kata
Setelah anak belajar membaca, duiharapkan dapat menambah kosa kata dan kebiasaan untuk membentuk kalimat yang benar.
• Kata-kata
Setelah anak mulai sekolah kata-kata yang salah ucap dan arti-arti yang salah biasanya cepat diperbaiki oleh guru.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa
o Faktor kesehatan kesehatan merupakan factor yang mempengaruhi perkembangan bahasa anak. Untuk memelihara perkembangan bahasa anak secara normal, orang tua perlu memeperhatikan kondisi kesehatan anak.dapat dilakukan dengan pemberian ASI, makanan bergizi, memelihara kebersihan tubuh, dan memeriksakan anak kedokter secara teratur.

o Intelegensi

Perkembangan bahasa anak dapat dilihat dari tingkat intelegensinya anak yang perkembangan bahasanya cepat pada umumnya mempunyai intelegensi normal atau diatas normal.
o Status social dan ekonomi keluarga
Studi tentang hubungan antara perkembangan bahasa dengan status social ekonomi keliuarga menunjukan bahwa anak dari keluarga miskin mengalami kelambatan dalam perkembangan bahasa. Kondisi ini mungkin disebabkan oleh perbedaan kecerdasan atau kesempatan belajar.
o Jenis kelamin (sex)
Pada tahun poertama usia anak, tidak ada perbedaan dalam vokalisasi antara anak laki-laki dan perempuan. Namun mulai usia 2 tahun, anak perempuan menunjukan perkembangan yang lebih cepat dari anak laki-laki.
o Hubungan keluarga
Proses pengalaman anak dalam beriteraksi dan berkomunikasidengan linkungan keluargasangatlah penting.hubungan yang sehat (penuh perhatiaan dan kasih sayang) antara orang tua dengan anak menfasilitasi perkembangan bahasa.



II. Kebutuhan dasar anak
a. Kebutuhan nutrisi
Anak-anak biasanya makan tergantung dengan yang dimakan oleh keluarganya, maka kualitas diet tergantung pada pola makan keluarganya. Pada masa ini anak-anak mulai tertarik dengan berbagai macam rasa makanan, berbeda dengan pada waktu masa bayi dan toddler. Maka anak-anak akan berusaha mencari kebutuhan kalorinya dengan mencoba makanan baru dan hal tersebut dipermudah dengan adanya restoran fast food selain itu juga makanan yang tidak membantu pertumbuhan seperti gula, makanan bertepung, lemak berlebihan yang semua makanan tersebut sangat menarik bagi anak-anak dan berpotensi menyebabkan obesitas. Karena hal tersebut di atas, orang tua biasanya membekali anaknya dengan makanan dari rumah, tetapi tidak mengetahui bagaimana nasib makanan tersebut apakah dimakan, ditukar, dijual atau dibuang.
Maka pendidikan nutrisi untuk anak-anak sangat penting termasuk bagaimana produk makanan tersebut tumbuh, diproses dan dipersiapkan. Peran perawat sekolah penting untuk bekerja sama dengan para guru untuk merencanakan dan melaksankan akan pentingnya nutrisi pada anak termasuk penyuluhan pada orang tua.

b. Kebutuhan cairan
Pada usia sekolah kebutuhan anak untuk beraktivitas meningkat sehingga kebutuhan cairan anak sebanding dengan peningkatan aktivitasnya.

c. Kebutuhan hygiene
Pada usia sekolah, ketertarikan anak untuk bermain diluar rumah sangat besar, sehingga anak lebih sering berada diluar rumah yang erat kaitannya dengan sesuatu yang kotor, untuk itu penting diperhatikan faktor kebersihanya.

d. Kebutuhan sosialisasi
Pada masa ini anak memiliki kesanggupan menyesuaikan diri sendiri ( egosentris ) kepada sikap kooperatif ( bekerjasama ) atau sosiosentris ( mau memperhatikan kepentingan orang lain ). Minat anak terhadap kegiatan teman – teman sebaya mau mendorongnya untuk dapat menjadi anggota kelompok (geng ).
4 cara membantu anak menjadi pribadi yang bermasyarakat, menurut Havighurst ( dalam Hurlock , 1991 ) :
• Geng membantu anak bergaul dengan teman sebaya dan berprilaku yang dapat diterima secara social bagi mereka.
• Geng dapat membantu anak mengembangkan kesadaran yang rasional dan skala nilai untuk melengkapi atau mengganti nilai orangtua yang cenderung diterima anak sebagai “kata hati yang otoriter “.
• Melalui pengalaman dalam geng, anak mempelajari sikap social yang pantas. Mis, cara menyukai orang serta cara menikmati kehidupan social dan aktifitas
• Geng membantu kemandirian pribadi anak dengan member kepuasan emosional dari persahabatan dengan teman sebaya.
Salah satu hal penting yang dipelajari anak dari keanggotaan suatu gank adalah kemampuan diri mereka secara realistis. Berkat perkembangan sosial, anak dapat menyesuaikan diri dengan kelompok teman sebaya maupun lingkungan sekitar.
Dalam proses belajar disekolah, kematangan perkembangan sosial dapat dimanfaatkan dengan pemberian tugas-tugas kelompok. Dengan melaksanakan tugas kelompok, anak-anak belajar sikip dan kebiasaan bekerja sama, saling menghormati, bertanggung rasa dan bertanggung jawab.

e. Imunisasi: Terlampir

III. Permasalahan ( normal ) yang mungkin terjadi pada massa tumbuh kembang pada usia sekolah.
1. Masalah dalam berbicara
Ada 4 masalah yang umum terjadi pada usia sekolah :
• Kosakata yang kurang dari rata – rata menghambat tugas – tugas disekolah dan menghambat komunikasi dengan orang lain.
• Kesalahan dalam berbicara, seperti salah ucap dan kesalahan tata bahasa, cacat dalam bicara seperti gagap atau pelat, akan membuat anak menjadi sangat sadar diri sehingga anak hanya berbicara bilamana diperlukan.
• Anak yang mempunyai kesulitan berbicara dalam bahasa yang digunakan di lingkungan sekolah akan terhalang dalam usaha untuk berkomunikasi dan mudah merasa bahwa Ia berbeda
• Pembicaraan yang bersifat egosentris yang mengkritik dan merendahkan orang lain, dan yang bersifat membual akan ditentang oleh teman – teman.

2. Masalah emosi
Anak akan dianggap tidak matang baik oleh teman – teman sebaya maupun orang – orang dewasa, kalau Ia masih menunjukkan pola – pola ekspresi yang kurang menyenangkan, seperti amarah yang meledak – ledak, dan juga bila emosi yang buruk seperti marah dan cemburu masih sama kuat sehingga disenangi oleh orang lain.
3. Masalah dalam bermain
Anak yang kurang memiliki hubungan social akan terasa kekurangan kesempatan untuk mempelajari permainan dan olahraga yang penting untuk menjadi anggota geng. Anak yang dilarang berkhayal, karena “ membuang waktu “ , atau dilarang melakukan kegiatan kreatif dan bermain akan mengembangkan kebiasaan penurut yang kaku.
4. Masalah dalam konsep diri
Anak yang memiliki konsep diri yang ideal, bisanya merasa tidak puas kepada diri sendiri dan tidak puas pada perlakuan orang lain. Kalau konsep social nya didasarkan pada berbagai steriotip, Ia cenderung berprasangka dan bersikap distriminatif dalam memperlakukan orang lain. Karena konsep nya berbobot emosi maka itu cenderung menetap dan terus meberi pengaruh buruk pada penyesuaian social anak.
IV. Pencegahan kecelakan ( Anticipatory guidance )
Guidance during school age
Usia 6 tahun
• Bantu orang tua, untuk mengantisipasi penyakit yang mungkin terjadi pada anak.
• Ajarkan tentang keselamatan dan pencegahaan injury terhadap anak diantaranya tentang keselamatan bersepeda, keracunan makanan, CPR, P3K.
• Anjurkan pada orang tua untuk peduli pada kebutuha anak, akan privasi dan sediakan kamar mandi yang terpisah untuk anak jika memungkinkan.
• Siapkan orang tua akan menerima emosi anak yang labil
• Perhatikan peningkatan pola makan/nafsu makan berlebih dan perhatikan makanan yang disukai atau tidak disukai.
• Bantu orang tua untuk memahami kebutuhan anak akan interaksi dengan teman sebaya.

Usia 7-10 tahun
• Perhatikan keamanaan dan pemilihan mainan atau olahraga si anak.
• Perhatikan keterlibatan anak dalam pers group dan aktivitas anak di luar rumah.
• Ajarkan tentang kebebasan dan disiplin
• Perhatikan akan aktivitas anak dan ayah karena pada usia ini muncul kekaguman terhadap ayah.
• Perhatikan perubahan pre pubur pada anak perempuan

Usia 11-12 tahun
• Perhatikan perubahan tubuh yang terjadi pada anak saat masa puber
• Berikan pengetahuaan tentang pendidikan seks dengan informasi yang akurat.
• Perhatikan peninigkatan masturbasi pada anak

Health guidance
• Bantu orang tua untuk memahami pentingnya kesehatan pada anak dan perawatan gigi
• Ajarkan pada orang tua tentang pola diit,olahraga,aktivitas dan istirahat pada anak.
• Ajarkan pada orang tua bahwa stres dibutuhkan anak dalam proses pembentukan psikologinya.
V. Pengaruh hospitalisasi pada anak
Walaupun pengaruh hospitalisasi biasanya dapat membuat stres pada anak, hal tersebut juga dapat memberi dampak positif. Dimana dampak hospitalisasi justru membantu anak dalam mengembangkan kemampuan koping mereka. Sehingga mereka nantinya memiliki kemampuan yang baik dalam menghadapi suatu masalah. Lingkungan rumah sakit juga memberikan pada anak pengalaman bersosialisasi yang baru, sehingga anak belajar untuk menjalin hubungan interpersonal.



C. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian
Observasi umum :
- Kaji kemampuan anak untuk berpartisipasi dalam pemeriksaan.
- Inspeksi penampilan umum anak.
- Perhatikan :
1) Bernapas anak : sesak, batuk, coryza.
2) Ruam pada kulit, konjungtivitis dan fotofobia.
3) Suhu tubuh anak.
4) Pola tidur anak.
5) Pola eliminasi.

Pemeriksaan Fisik :
• Mata : terdapat konjungtivitis, fotophobia
• Kepala : sakit kepala
• Hidung : Banyak terdapat secret, influenza, rhinitis/koriza, perdarahan
hidung (pada stad eripsi ).
• Mulut & bibir : Mukosa bibir kering, stomatitis, batuk, mulut terasa pahit.
• Kulit : Permukaan kulit ( kering ), turgor kulit, rasa gatal, ruam makuler
pada leher, muka, lengan dan kaki (pada stad. Konvalensi), evitema, panas (demam).
• Pernafasan : Pola nafas, RR, batuk, sesak nafas, wheezing, renchi, sputum
• Tumbuh Kembang : BB, TB, BB Lahir, Tumbuh kembang R/ imunisasi.
Pola Defekasi : BAK, BAB, Diare.
.
Keadaan Umum : Kesadaran, TTV


A. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
1) Riwayat ibu hamil yang menderita morbili.
2) Riwayat imunisasi.
3) Riwayat kontak dengan penderita morbili.
4) Riwayat pengobatan/upaya pengobatan.
5) Makan makanan kurang gizi
6) Kurangnya hygiene personal dan lingkungan
B. Pola nutrisi metabolik
1) Apakah terjadi penurunan berat badan.
2) Apakah ada alergi makanan.
3) Apakah anoreksia.
4) Mual, muntah.
5) Kaji makanan kesukaan untuk memodifikasi diet.
6) Adakah gangguan pada alat pencernaan : bercak koplik.
C. Pola eliminasi
1) Diare
2) BAK : volume, berapa kali sehari, kepekatan urin.
D. Pola aktivitas dan latihan
1) Kelemahan, letih, lesu
2) Kebutuhan harian.
E. Pola tidur dan istirahat
1) Jumlah jam tidur
2) Pemakaian obat tidur
3) Lingkungan nyaman/tidak.
4) Kebiasaan sebelum tidur.
F. Pola persepsi dan kognitif
1) Apakah anak rewel/cengeng/cemas.
2) Penerimaan anak terhadap tindakan perawatan/medis.
3) Konjungtivitis
4) Nyeri edema
5) Kejang
6) gatal
G. Pola peran dan hubungan sosial
1) Hubungan dengan orangtua dan saudara
2) Peran anak dalam keluarga
3) Kecemasan orangtua

b. Diagnosa keperawatan
1. Peningkatan suhu tubuh b/d proses infeksi virus morbili
HYD: Pasien menunjukkan penurunan suhu tubuh dan tidak adanya proses infeksi yang ditandai dengan dengan:
• Suhu tubuh 36,5°C – 37,5°C
• Bibir lembab, Nadi normal, Kulit tidak terasa panas
• Tidak ada gangguan neurologis ( kejang )


Rencana Tindakan :
1. Identifikasi penyebab atau factor yang dapat menimbulkan peningkatan suhu tubuh: dehidrasi, infeksi, efek obat, hipertiroid.
R/: menetukan intervensi selanjutan dan ketepatan dalam kolaborasi
2. Observasi TTV setiap 4 jam, suhu setiap 2 jam
R/: perubahan TTV yang semakin meningkat menunjukkan adanya infeksi
3. Observasi fungsi neurologis : status mental, reaksi terhadap stimulasi dan reaksi pupil.
4. Observasi cairan masuk dan keluar, hitung balance cairan
5. Observasi tanda kejang mendadak
6. Beri cairan sesuai kebutuhan bila tidak kontraindikasi
7. Berikan kompres air hangat
8. Berikan cairan dan karbohidrat yang cukup untuk meningkatkan hipermetabolisme akibat peningkatan suhu.
9. Anjurkan pasien untuk mengurangi aktivitas yang berlebihan bila suhu naik / bedrest total.
10. Anjurkan dan bantu pasien menggunakan pakaian yang mudah menyerap keringat.
11. Kolaborasi : Pemberian anti piretik, Pemberian anti biotic.
2) Resiko kekurangan volume cairan tubuh b.d kehilangan sekunder terhadap demam, diare dan muntah
Data Subjektif :
• Pasien mengeluh haus, lemas
• Pasien mengeluh mencret ….x/hr, Pasien mengeluh muntah …x/hr
Data Objektif :
• TD…mmttg, N..x/mnt, S.. 0C, RR…x/mnt , Akral dingin
• Turgor kulit jelek , Perubahan produksi urine…cc/ 24 jam
• Penurunan pengisian vena ( capillary refill ) , Volume dan tekanan nadi menurun
• Denyut nadi meningkat , Demam , Kulit kering , mukosa bibir kering ,Mata cekung
Hasil yang diharapkan
Tidak terjadi kekurangan volume cairan tubuh dalam jangka waktu …. Yang ditandai dengan:
• Turgor baik , Produksi urine …cc/jam <0,5 – 1 cc/kg BB/jam
• Kulit lembab , TTV dalam batas normal
• Mukosa mulut lembab , cairan masuk dan keluar seimbang
• Tidak pusing pada perubahan posisi, tidak haus ,Hb, Ht.


Rencana Tindakan :
1. Observasi penyebab kekurangan cairan : muntah, diare, kesulitan menelan, kekurangan darah aktif, diuretic, depresi, kelelahan
2. Observasi TTV
3. Observasi tanda – tanda dehidrasi
4. Observasi keadaan turgon kulit, kelembaban, membran mukosa
5. Monitor pemasukan dan pengeluaran cairan bila kekurangan cairan terjadi secara mendadak, ukur produksi urine setiap jam, berat jenis dan observasi warna urine.
6. Catat dan ukur jumlah dan jenis cairan masuk dan keluar per….
7. Perhatikan : cairan yang masuk, kecepatan tetesan untuk mencegah edema paru, dispneu, bila pasien terpasang infus
8. Timbang BB setiap hari
9. Pertahankan bedrest selama fase akut
10. Ajarkan tentang masukan cairan yang adekuat, tanda serta cara mengatasi kurang cairan
11. Kolaborasi : Pemberian cairan parenteral sesuai indikasi ,Pemberian obat sesuai indikasi
12. Observasi kadar elektronik, Hb,Ht

3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan rash, ruam
HYD: pasien mampu menunjukkan peningkatan rasa nyaman dalam waktu 3 hari yang ditandai dengan:
 Tidur dengan nyenyak
 Ekspresi wajah rileks
 Rasa gatal berkurang pada daerah sekita luka
Intervensi
1. Gunakan lotion pada area sekitar luka. R/ menjaga kelembaban membrane mukosa kulit
2. Jaga suhu lingkungan tetap dingin. R/ udara dingin dapat mengurangi usaha gatal
3. Anjurkan kuku anak tetap pendek, menjelaskan kepada anak untuk tidak menggaruk rash
4. Berikan obat antipruritus topikal, dan anestesi topikal
5. Berikan antihistamin sesuai order dan memonitor efek sampingnya
6. Bantu klien untuk mandi dengan menggunakan sabun yang lembut untuk mencegah infeksi
7. Jika terdapat fotofobia, gunakan bola lampu yang tidak terlalu terang di kamar klien
8. Kolaborasi dalam pemeriksaan kornea mata terhadap kemungkinan ulserasi
4. Inefektif bersihan jalan napas berhubungan dengan inflamasi trakeobronkial dan peningkatan produksi sputum.
Hasil yang diharapkan :
Bersihan jalan napas efektif ditandai dengan :
- Tidak ada suara napas tambahan
- Anak bebas dari tanda hiperkapnea, hipexia.
- Bebas dari sianosis, penggunaan otot dada untuk bernapas.

Intervensi :
1. Observasi pola napas anak, suara napas dan usaha anak untuk bernapas.
2. Catat dan laporkan gejala takipnea, napas cuping hidung.
3. Observasi warna kulit dan selaput lendir.
4. Observasi sputum : warna, bau, sifat.
5. Ajarkan napas mulut, teknik relaksasi dan latihan napas.
6. Isap lendir bila perlu.
7. Beri posisi semi fowler.
8. Ciptakan lingkungan yang nyaman, tenang dan bersih.
9. Beri terapi sesuai program medik : bronchodilator, anti tusif.

5. Gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan proses penyakit morbili.
Hasil yang diharapkan :
Integritas kulit baik ditandai dengan:
- Permukaan kulit utuh,
- Tidak ada kemerahan dan luka.
Intervensi :
1. Observasi keadaan kulit selama masa perawatan.
2. Kaji pola nutrisi dan cairan anak.
3. Beri pakaian yang tipis dan menyerap keringat.
4. Ganti pakaian dan alat tenun bila basah.
5. Jaga kulit agar tetap bersih dan kering.
6. Beri terapi sesuai program medik.


6. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan nutrisi yang tidak adekuat dan mual, muntah
Hasil yang diharapkan :
Kebutuhan nutrisi terpenuhi oleh anak yang ditandai dengan:
• BB normal ( 8 + 2n ) sesuai umur pasien
• IMT tidak kurang pangan
• Pasien tidak tampak kurus, mampu melakukan aktivitas sesuai kemampuan anak.

Intervensi :
1. Kaji ketidakmampuan anak untuk makan
2. Ijinkan anak untuk memakan makanan yang dapat ditoleransi anak, rencanakan untuk memperbaiki status gizi pada saat selera makan anak meningkat.
3. Berikan makanan yang disertai dengan supleman nutrisi untuk meningkatkan kualitas intake nutrisi
4. Kolaborasi untuk pemberian nutrisi parenteral jika kebutuhan nutrisi melalui oral tidak mencukupi kebutuhan gizi anak
5. Berikan Menilai indikator terpenuhinya kebutuhan nutrisi (berat badan, lingkar lengan, membran mukosa)
6. Anjurkan kepada orang tua untuk memberikan makanan dengan teknik porsi kecil tapi sering
7. Timbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama, dan dengan skala yang sama
8. Pertahankan kebersihan mulut anak
9. Jelaskan pentingya intake nutrisi yang adekuat untuk penyembuhan penyakit
2 Discharge planning
a. Anjurkan kepada keluarga untuk mengupayakan rumah dengan ventilasi dan
pencahayaan yang baik
b. Anjurkan keluarga dan klien untuk memperhatikan kebutuhan cairan dengan tanda-tanda mukosa bibir kering, kulit tubuh kering. Yang dapat dicegah dengan banyak minum air putih sesuai dengan kebutuhan tubuh.
c. Anjurkan keluarga dan klien untuk mempertahankan dan meningkatkan daya tahan tubuh dengan cara mengkonsumsi makanan empat sehat lima sempurna, minum vitamin, dan olah raga teratur.
d. Anjurkan klien dan keluarga untuk tetap menjaga hygiene personal
e. Anjurkan keluarga dan klien untuk rajin kontrol ke dokter.